PERILAKU TIDAK PANTAS ORANG TERHORMAT

Suatu ketika saya sedang berkendara di jalanan yang tidak terlalu padat di kota Bogor. Jalanan terlihat tidak begitu ramai dan sepi, saya mengendarai mobil dengan santai. Namun, tiba-tiba sebuah sedan mewah yang berada di depan saya melambatkan kendaraannya. Dari kaca sedan tersebut keluar tangan memegang tempat sampah lantas menuangkan isinya ke jalanan. Saya yang melihatnya terkejut dan spontan saya menekan klakson panjang untuk mengingatkan pengendara tersebut, saya mengeluarkan Handphone dan mengambil gambar sedan tersebut. Ia menyadari seperti tertangkap basah, lalu melaju dengan kencang meninggalkan saya.

Sesampainya di tempat tujuan, Saya menyalakan radio swasta Bogor yang pada jam itu sedang siaran langsung Bogor Update. Saya mengirimkan foto sedan tadi yang masuk dalam perilaku tidak pantas di jalan via Whatsapp. Tidak lama kemudian, penyiar radio yang saya kenal menghubungi saya dan meminta saya menceritakan kejadian tersebut secara rinci dan disiarkan langsung untuk masayarakat Bogor.

Dari cerita saya di atas, bahwa dalam kehidupan sehari-hari saya yakin kita sering menemukan kejadian seperti itu dalam berbagai ragam kejadian. Perilaku tidak pantas yang dilakukan oleh orang-orang terhormat. Misalnya, ketika ada orang sedang antre di sebuah loket pembayaran, tiba-tiba ada yang menyerobot minta didahulukan dengan dalih kesibukan atau pejabat yang tidak mau antre. Ketika dalam kendaraan umum, terkadang kita menemukan seorang penumpang asyik dengan kepulan asap rokoknya sementara ibu hamil di sebelahnya. Dan masih banyak contoh lagi perilaku tidak pantas yang kita temukan di tengah-tengah masyarakat yang dilakukan bahkan oleh orang-orang yang merasa dirinya terhormat.

Masyarakat harus kompak dan memberikan sanksi sosial kepada pelaku ketidakpantasan seperti ini, sehingga tumbuh budaya malu untuk melakukan hal-hal yang keluar dari norma kesopanan masyarakat. Adab yang baik adalah hasil pendidikan dan pembiasaan sejak dini. Ketika seorang anak diajarkan tentang pentingnya membuang sampah pada tempatnya sejak kecil, maka dia akan terbiasa hingga dewasa. Sebagai contoh, saya pernah melihat seorang anak SD ketika menaiki angkutan kota, ia mengantongi bungkus permennya karena tidak ada tempat sampah di angkot tersebut. Ini merupakan pendidikan yang baik di rumah dan sekolahnya.

Kisah lainnya saat saya menjadi Manajer Marketing di sebuah perusahaan, saya pernah menghentikan mobil karena ada staf saya yang membuang botol minuman di jalan. Saya menegurnya, “Ambil sampah itu atau saya turunkan kamu di sini!”. Sikap tegas seperti itu adalah bagian dari pendidikan adab yang harus ditegakkan. Tanpa ketegasan dan kedisiplinan aturan hanya menjadi sebuah narasi tak bergigi yang akan diabaikan oleh masyarakat. Bahkan muncul sebuah stigma “Aturan itu dibuat untuk dilanggar, bukan untuk ditaati”. Wow, mengerikan!

Dalam pendidikan, terdapat kaidah penting dari Imam Malik, “Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu.” Ini menunjukkan sejak zaman dahulu pendidikan adab sopan santun atau budi pekerti itu diajarkan lebih awal sebelum mengajarkan ilmu.

Melahirkan masyarakat yang beradab harus dimulai dari lingkungan keluarga dan sekolah. Kembalikan pengajaran adab atau budi pekerti di rumah-rumah dan sekolah-sekolah kita. Sebab peran orang tua dan guru sangatlah penting. Di Era modern saat ini pendidikan adab memang sangatlah sulit diterapakan. Namun, tidak ada kata kalah dan menyerah untuk melahirkan masyarakat yang beradab. Di tangan kitalah masa depan anak bangsa, kita terapkan sila kedua Pancasila, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

Semangat!, tidak ada kata terlambat untuk membangun peradaban yang bermartabat.

(Pak Armu adalah nama pena dari Arief Munandar, seorang da’i dan penulis)