MOMENTUM KEKUATAN DO’A

MOMENTUM KEKUATAN DOA

Pada awal pernikahan saya tahun 1991, kami menyewa rumah di sebuah kampung, dimana untuk mencapainya harus jalan kaki sekitar lima ratus meter melewati sawah dan kebun dari jalan raya yang dilalui angkutan desa.

Suatu ketika jam menunjukkan lewat tengah malam, saya baru pulang liqo (kajian). Turun dari angkutan saya harus melewati kebun dan sawah yang minim penerangan. Baru beberapa langkah, tiba-tiba saya dikejutkan oleh sekelompok anjing yang menggonggong dengan keras mengitari saya. Saya hitung ada 5 sampai 6 ekor anjing.

Sesaat saya tidak tahu harus melakukan apa. Sempat terfikir untuk lari, tapi urung karena mereka pasti lebih kencang larinya. Melawan dengan tangan kosong, rasanya tindakan konyol. Tiba-tiba dari mulut saya keluar satu doa yang setiap pagi saya lantunkan, karena bagian dari amalan pagi saya, Al Ma’tsurat.

A’uzu bi kalimatillahi taammatin min syari maa kholaq” (Aku berlindung dengan Kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk-makhlukMu) doa itu yang saya ulang-ulang tanpa menyadari maknanya. Tiba-tiba anjing-anjing itu terdiam lantas seperti memberi jalan kepada saya untuk melangkah. Saya memberanikan diri untuk melangkah menuju ke rumah. Anjing-anjing itu mengiringi langkah-langkah saya dengan tenang, tak terdengar gonggongan lagi.

Saya terus melangkah dan anjing-anjing itu bak pasukan khusus mengawal saya sampai ke rumah. Saya mengetok pintu dan di buka oleh istri saya. Saya masuk rumah dan anjing-anjing itu berlalu meninggalkan saya seperti ada perintah : “Balik kanan bubar jalan !”.

Momentum kekuatan doa itu barangkali yang terjadi dalam keadaan terdesak. Maka saya pasrahkan kepada Allah SWT secara total, karena memang tidak ada pilihan lagi. Mungkin apabila saat itu saya sedang pegang tongkat atau golok, kepasrahan saya tidak sekuat itu.

Kepasrahan total itulah kunci munculnya momentum kekuatan do’a. Seharusnya tidak harus menunggu terdesak, jika saja kita senantiasa menyerahkan semua kepada Allah Ta’ala dalam semua kesempatan dan kondisi, maka do’a-do’a yang kita lantunkan akan memiliki kekuatan yang dahsyat.

Itulah wujud do’a kita setiap hari yang kita lantunkan minimal tujuh belas kali setiap hari : “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in” (Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan).

Serahkan semua kepada Allah SWT, biar Allah yang menyelesaikan urusan kita. (penulis : arif munandar atau biasa dipanggil pak armu)