DAPATKAN MULTI PAHALA DI BULAN MUHARRAM 1445 H

MULTI PAHALA DI BULAN MUHARRAM 1445 H

PUASA SENIN & KAMIS

PUASA TASU’A, ASYURA

DAN AYYAMUL BIDH

 bagi yg ingin menjalankan ibadah puasa di bulan Muharram. Alhamdulillah umat muslim dapat mengerjakan multi ibadah puasa sunnah sekaligus, yaitu puasa Senin & Kamis, puasa Tasu’a, puasa Asyura & puasa Ayyamul Bidh. Berikut merupakan tanggal pelaksanaan Puasa Sunnah di Bulan Muharram:

  • 24 Juli 2023 (06 Muharram 1445 H) → puasa hari Senin
  • 27 Juli 2023 (Kamis 9 Muharram 1445 H) → puasa hari Kamis & Tasu’a
  • 28 Juli 2023 (Jum’at 10 Muharram 1445 H) → puasa hari Asyura
  • 31 Juli 2023 (13 Muharram 1445 H) → puasa hari Senin & Ayyamul Bidh
  • 01 Agustus 2023 (Selasa 14 Muharram 1445 H) → puasa Ayyamul Bidh
  • 02 Agustus 2023 (Rabu 15 Muharram 1445 H) → puasa Ayyamul Bidh
  • 03 Agustus 2023 (16 Muharram 1445 H) → puasa hari Kamis
  • 07 Agustus 2023 (17 Muharram 1445 H) → puasa hari Senin
  • 10 Agustus 2023 (20 Muharram 1445H) → puasa hari Kamis
  • 14 Agustus 2023 (24 Muharram 1445 H) → puasa hari Senin
  • 17 Agustus 2023 (27 Muharram 1445 H) → puasa hari Kamis

FADHILAH PUASA SENIN & KAMIS

dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ

“Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari senin & kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa” (HR Tirmidzi no. 747. Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1041)

Aisyah radhiyallahu ‘anha menceritakan,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالخَمِيسِ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa melakukan puasa di hari senin & kamis”(HR Turmudzi 745)

dari Usamah bin Zaid radhiyallahu ‘anhuma, beliau menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terbiasa puasa setiap senin & kamis

Ketika beliau ditanya alasannya, beliau bersabda,

إِنَّ أَعْمَالَ الْعِبَادِ تُعْرَضُ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ

“sesungguhnya amal para hamba dilaporkan (kepada Allah) setiap senin & kamis” (HR Abu Daud 2436)

baca Juga : PUASA SUNNAH SEPERTI PUASA SEPANJANG TAHUN?

PUASA TASU’A & ASYURA

dari Ibn Abbas radhiallahu ‘anhuma, beliau mengatakan:

قَدِمَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – الْمَدِينَةَ وَالْيَهُودُ تَصُومُ عَاشُورَاءَ فَقَالُوا هَذَا يَوْمٌ ظَهَرَ فِيهِ مُوسَى عَلَى فِرْعَوْنَ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – لأَصْحَابِهِ «أَنْتُمْ أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْهُمْ ، فَصُومُوا».

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai di Madinah, sementara orang² yahudi berpuasa Asyura’. Mereka mengatakan : ini adalah hari di mana Musa menang melawan Fir’aun. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabat: “kalian lebih berhak untuk bangga terhadap Musa daripada mereka (orang yahudi), karena itu berpuasalah” (HR Bukhari 4680).

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan puasa Asyura & beliau perintahkan para sahabat untuk melakukan puasa di hari itu, ada beberapa sahabat yg melaporkan:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى

“wahai Rasulullah, sesungguhnya tanggal 10 Muharram itu, hari yg diagungkan orang Yahudi & Nasrani”

lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ

“jika datang tahun depan, insyaa Allah kita akan puasa tanggal 9 (Muharram)”. Ibnu Abbas melanjutkan, “namun belum sampai menjumpai Muharram tahun depan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah wafat” (HR Muslim 1916, 2722)

PUASA AYYAMUL BIDH

dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَصَلاَةِ الضُّحَى، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

“kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga nasehat yg aku tidak meninggalkannya hingga aku mati :

1. berpuasa tiga hari setiap bulannya,

2. mengerjakan shalat Dhuha,

3. mengerjakan shalat witir sebelum tidur” (HR Bukhari no. 1178)

dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَوْمُ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ صَوْمُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

“puasa pada tiga hari setiap bulannya adalah seperti puasa sepanjang tahun” (HR Bukhari no. 1979)

dari Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya,

يَا أَبَا ذَرٍّ إِذَا صُمْتَ مِنَ الشَّهْرِ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ فَصُمْ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ

“jika engkau ingin berpuasa tiga hari setiap bulannya, maka berpuasalah pada tanggal 13, 14, & 15 (dari bulan Hijriyah).”    (HR Tirmidzi no. 761 & An Nasai no. 2425)

dari Ibnu Milhan Al Qoisiy, dari ayahnya, ia berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَأْمُرُنَا أَنْ نَصُومَ الْبِيضَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ . وَقَالَ هُنَّ كَهَيْئَةِ الدَّهْرِ

• “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada Ayyamul Bidh yaitu 13, 14 dan 15 (dari bulan Hijriyah)”

dan beliau bersabda, “puasa Ayyamul Bidh itu seperti puasa setahun”  (HR Abu Daud no. 2449 & An Nasai no. 2434)

dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُفْطِرُ أَيَّامَ الْبِيضِ فِي حَضَرٍ وَلَا سَفَرٍ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada Ayyamul Bidh ketika tidak bepergian maupun ketika bersafar” (HR An Nasai no. 2347)

boleh puasa hari Sabtu & Ahad bila diikuti dengan puasa hari sebelum atau sesudahnya atau karena bertepatan dengan kebiasaan puasa

dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

إن رسول الله صلى الله عليه وسلم أكثر ما كان يصوم من الأيام يوم السبت والأحد ، كان يقول : « إنهما يوما عيد للمشركين وأنا أريد أن أخالفهم »

“sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih banyak puasa pada hari Sabtu & Ahad. Beliau berkata bahwa hari Sabtu & Ahad adalah hari ‘ied orang musyrik & aku ingin menyelisihi mereka ketika itu” (HR Ibnu Khuzaimah)

pahala tetap mengalir, sekalipun tidak puasa

dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ، كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا

“jika seorang hamba itu sakit atau bepergian maka dicatat untuknya (pahala) sebagaimana (pahala) amalnya yg pernah dia lakukan ketika di rumah atau ketika sehat”    (HR Bukhari 2996)

Al Hafidz al- ‘Aini mengatakan,

هذا فيمن كان يعمل طاعة فمنع منها، وكانت نيته لولا المانع أن يدوم عليها

“hadits ini bercerita tentang orang yg terbiasa melakukan amal ketaatan kemudian terhalangi (tidak bisa) mengamalkannya karena udzur, sementara niatnya ingin tetap merutinkan amal tsb seandainya tidak ada penghalang” (Umdatul Qori, 14/247)

ketika anda memiliki kebiasaan amalan sunah tertentu, baik bentuknya shalat, puasa, atau amal sunah lainnya, & anda tidak bisa melakukannya karena udzur sakit atau safar, maka anda akan tetap mendapatkan pahala dari rutinitas amal sunah yg anda kerjakan

dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ خُذُوا مِنَ الأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ ، فَإِنَّ اللَّهَ لاَ يَمَلُّ حَتَّى تَمَلُّوا ، وَإِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ مَا دَامَ وَإِنْ قَلَّ

“wahai para manusia, beramal lah sesuai dengan kemampuan kalian karena sesungguhnya Allah tidak akan bosan sampai kalian bosan. sesungguhnya amal yg paling dicintai oleh Allah adalah amal yg paling rutin dikerjakan meskipun sedikit” (HR Bukhari 5861)

semoga kita selalu sehat & dimudahkan untuk bisa menjalankan ibadah puasa tsb dengan mengharapkan ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala