KUMPULAN PUISI HARI PAHALAWAN 10 NOVEMBER 2022

KUMPULAN PUISI HATI PAHALAWAN 10 NOVEMBER 2022

Sejarah Lama

Karya: Shalsa Sabilla

Tanah ini menjadi saksi

Raga-raga dingin tanpa jiwa

Langit pun melihat

Rakyat tunggang-langgang

Mencari jalan pulang

Mereka lelah tanpa menyerah

Mereka menangis namun tetap optimis

Semangatnya tak pernah padam

Kobarannya makin membesar

Merdeka diproklamirkan,

Ideologi dipertahankan

“Ingatkah kau kisah lama tentang perjuangan?”

Puluhan tahun lalu…

Pertahanan mulai runtuh

Rakyat berguguran

Nyaris kehilangan harapan

Hingga sosok itu datang

Tak peduli nyawa

Yang terpenting merdeka tetap bertahan

Mereka lah pahlawan yang berkorban

Demi kesatuan dan persatuan

Tentangmu

Karya: Shalsa Sabilla

Bersamaan dengan bangunnya mentari

Kulihat wajahmu yang berseri

Dengan gembira kau ucap

selamat pagi…

Padaku yang saat itu belum mengerti

Duhai engkau…

Yang mendekapku saat terjatuh

Mendengarkan keluh kesahku

Mengusap peluh air mataku

Mengutamakanku meski letih menderamu

Kini…

Kembali kulihat wajahmu

Pada malam-malam lelah yang seakan menunggu

Yang kau lakukan hanya tersenyum setelah

menatapku

Seakan lelah itu tersapu

Dekap hangatmu

Senyum indahmu

Kasih serta sayangmu

Pahlawanku… Ibu…

DAMAI YANG BERSELIMUT

Karya: Aura Zawwa

Di matamu bulan tenggelam,

Di jiwa mu malaikat bersemayam,

Di punggung mu terpikul tanggung jawab.

Ragamu menyelami lautan,

Demi mendapati ikan,

Agar perut tak saling bersahutan.

Hanya hujan yang tahu,

tentang sedu sedihku

di kala asa dan rindu yang mencekik.

Sungguh perih mataku,

Ketika mendapatimu

Pulang dengan keringat berlinang

Kadang kala juga menenteng robekan luka

“Aku tak apa”

Ucapmu dusta, dengan usaha

Agar aku tak merasa

pedih yang kau rasa

Gelombang Cahaya

Karya: Zhafrani Avicena A

Insan mulia berhati penuh kasih

Letih lelah kerja keras menyelimuti

Tiada henti perjuangan tulusmu

Menyinari hidupku beroleskan warna

Kesabaranmu tak terbatas adanya

Suaramu yang candu

Memanggilku ratusan kali katanya

Tetap saja…kau merawatiku

Hanya dengan goresan pena dan irama

Terimakasihku padamu

Gelombang aliran jasamu

Tak akan bisa diri ini balaskan

Sorotan cahaya tiada ujung tara

Bagaikan dirimu sang serba bisa

Pahlawan hidupku ini

Terima kasih umi

Menggapai Mimpi

Karya : Nur Halimah

Di pagi saat membuka pintu

Kulihat matahari tersenyum padaku

Daun daun menari hewan hewan bernyanyi

Perlahan dan  perlahan kuhentakkan kaki

Dan menikmati hari yang bahagia ini

Kupersiapkan diri untuk memulai hari

Berjalan maju dan mulai untuk menggapai mimpi.

Kukuh

Karya: Nabila Khoirul Jannah

Peluh air yang berderai deras

Berenang pada tubuhmu

Sengatan matahari membuatmu ingin mengeluh

Tapi kau tetap kukuh

Meski segala getaran

Mengancammu tunduk luluh

Dengan kau mengingatku, mendobrakmu untuk mengimbuh

Keringat menjadi saksi bisu perjuangan

Pulang petang demi menghidupi pangan

Memberi sejuta senyuman

Memberi arti perjuangan

Menyapa petang

Karya: Nabila Khoirul Jannah

Gabungan antara rasa dan seuntai kata

Sebuah aksara kata yang penuh cinta

Bersinar di labuhan jingga menyala

Perlahan,sinarnya memudar

Lenyap ditelan gelap

Digantikan purnama yang gemerlap

BAYANG BAYANG YANG TAK TERLIHAT

Karya : Aqillah

Seluruh mata terbuka akan perjuangan mu

Kau bela kemerdekaan ini

Merelakan nyawa di medan pertempuran

Rela dadanya ditembus peluru

Meskipun tergeletak di tanah

Namun ia tetap hidup didalam jiwa

senyumnya seolah olah ingin berkata

tetapi ini sedang beradu nyawa.

Bukan tentang kalah atau menang

Tetapi ini tentang perjuanagan dan keberanian

Perjuangan untuk kemerdekaan

Perjuangan merebut tanah dari penjajah

Keberanian untuk mengusir penjajah

Keberanian untuk merelakan nyawa

Mereka tak perduli dengan harta

satu yang terpenting bagi mereka

Tanah mereka kembali

Meskipun orang yang ia sayang pergi,

Sudah pergi, Pergi jauh

Mengerikan tapi dikenang

dalam sejarah.

Namanya, jasadnya, perjuangannya

Dikenang dalam sejarah

Dicatat dalam sejarah.

Dimana hati

By:fairuz zahirah

Suara jeritan terdengar

Bagaikan nyamuk yang mendengung

Suara pelatuk yang bergantian terdengar

Membuat suasana seketika mencekam

Manusia-manusia itu ditendang

Oleh para manusia berpakaian rapi

Dengan senjata di punggung mereka

Menendang tidak melihat

Wanita atau anak

Darah bercucuran di tanah

Rumah rumah terbakar habis

Apakah mereka tidak punya hati?

Apakah mereka tak mengasihi?

Sungguh, hanya pengadilan abadi yang menanti

“Yang Tak Pernah Terlihat”

Karya: Aisyah Nurul Aini

Tanpa kenal lelah,

Tanpa amarah,

Tanpa menyalahkan siapa-siapa.

Ocehan tuntutan yang selalu berenang di kepala

Tak pernah sedikitpun meredamkan langkah.

Tapi bukankah kita masih manusia?

Itulah mengapa ada tangis

ada duka,

ada harapan,

dan cita-cita.

Walau akupun juga tak tahu

Kapan semua akan terjawab.

Dan kamu yang tetap mengusahakannya

Sampai ujung waktu,

Sampai langkah terhenti.

Sampai jasad tiada nadi,

Tapi jasa akan selalu dihati.